Kepingan Biskuit

Just the darkest mind of biscuit

Diam

June3

Aku suka berdiam diri

Dalam diam aku menemui segala hal

yang tak mampu didengar karena berisiknya dunia ini

 

Aku senang berdiam diri

Kadang tak semua diam artinya baik

Kadang ada diamku yang terasa tidak baik

 

Bagiku diam adalah senjata.

Senjata pertahanan diri

Sekaligus alat penyerangan yang paling ampuh

 

Seringkali aku diam

hanya untuk luput dari kesalahkan

atau menghindari disalahkan

Tidak jarang pula

diamku artinya tanda ketidaksetujuanku

akan sesuatu

karena kata bagiku tak bisa menjelaskan opini-opiniku

maka aku memilih untuk diam

 

Terlalu banyak peran “diam”

yang aku mainkan

Diam dikala senang,

Diam dikala sedih.

Diam dikala kecewa,

Diam ketika merasa tersakiti,

Diam ketika ingin sekali marah,

Dan “diam” “diam” lainnya

 

Kadang diamku merupakan bentuk pengertian paling berarti

ketika mataku menatap lembut lawan bicaraku

yang sedang berceloteh tentang masalahnya

 

Kadang lagi di lain waktu,

Diamku adalah bentuk paling egois

dari sisi diriku

ketika aku tidak lagi ingin mendengarkan,

ketika aku mengabaikan orang lain,

dan ketika aku lelah untuk memahami

dan berteriak dalam diam

supaya aku juga dipahami

 

Kadang aku merasa

diamku membantuku

Kadang aku juga merasa

diamku membebani orang sekitarku

Dan tak jarang aku ingin menghilang dalam diam

supaya mereka sadar kalau aku sudah terlalu lelah untuk bicara

supaya mereka mencariku, karena diamku adalah tanda yang mengkhawatirkan

 

Aku bertanya-tanya

Bagaimana diriku bisa dimengerti

Kalau semua bentuk responsku hanya berupa diam

Kalau semua ekspresiku tersembunyi dalam diam

Kalau pilihan-pilihanku, hanyalah ‘diam’

 

Aku banyak menuntut dalam diam

Aku banyak menyesal karena diam

Aku banyak mengabaikan karena diam

Aku banyak meghindari masalah dalam diam

 

Diam. Diam. Diam

Semuanya kulakukan dalam diam.

 

posted under Puisi

Email will not be published

Website example

Your Comment: