Melupakan Kodrat Sebagai Manusia
Saat kita lahir,…
Kita belajar menangis
Itulah satu-satunya bahasa yang universal
Satu-satunya bahasa yang mengekspreksikan diri
Lalu kita semakin bertumbuh
Dan lingkungan kita membantu kita untuk bertumbuh
Sekeliling kita berusaha untuk menarik perhatian kita
Mencoba mengajarkan kita berbagai macam hal
Hanya tawa dan semangat yang tergurat
Dan saat kita mengucapkan sebuah kata…
Itulah kebahagiaan terbesar mereka
Perlahan tapi pasti,
Kosakata semakin bertambah
Hingga terkadang kata-kata itu
Berubah menjadi pedang
Karena kata-kata yang kita lontarkan,
Kita mulai berdebat
Bertengkar lalu menjadi musuh
Tetapi sebuah kata juga adalah penyejuk
Bagaikan semilir angin yang bertiup
Membuat kita tersepoi-sepoi
Menenangkan jiwa yang bergejolak
Makin lama…
Kita semakin banyak bicara
Dan lupa untuk mendengar
Padahal diam terkadang lebih baik
Dan kodrat kita bukanlah untuk banyak berkata-kata
Tetapi untuk lebih banyak mendengar
Karena..
Kita mempunyai dua buah telinga
Tetapi,hanya mempunyai sebuah mulut
Karena pencipta kita adalah Tuhan yang Maha Tahu
Mengetahui bahwa kata-kata tak selamanya solusi
Mungkin malah menjadi polusi
Banyak mendengar tidaklah salah
Sabar untuk menunggu giliran
Adalah lebih baik dari pada bertengkar tiada guna
Selanjutnya,semakin lama kita harus
Belajar menguasai diri
Janganlah telinga kita tergesa-gesa
Memanaskan hati kita
Berusaha untuk memahami,
Berusaha untuk lebih bertoleransi
Dan mengingat bahwa kita sebagai manusia
Mempunyai suatu kodrat untuk dijunjung