Memberi dan Menerima
Waktu aku masih sd,
Guruku pernah berkata–
Kalau kita itu harus memberi dan menerima
Dan semuanya itu harus seimbang
Beliau pun menjelaskan,
Kita itu tidak boleh hanya berada di satu sisi saja
Misalnya,…
Terus-terusan menerima tanpa memberi
Itu namanya “pelit”
Atau
Terus-terusan memberi tanpa mau menerima
Itu namanya “sombong”
Aku yang masih kecilpun hanya diam mendengarkan
Sambil didalam hati sedikit mempertanyakan
“Benarkah ada orang yang hanya mau terus-terusan memberi?”
“Bukankah lebih enak menerima? Kita tidak akan kehilangan apapun, malahan kita memperoleh sesuatu”
Tapi ternyata,
Rupanya aku belum memahami
Apa yang sebenarnya sedang diajarkan oleh guruku
.
.
.
Tahun demi tahun berlalu,
Aku tumbuh dan mengenal banyak orang
Berinteraksi dan mempelajari sifat-sifat mereka
Kemudian disatu waktu…
Tiba-tiba saja
Aku jadi menikmati rasanya memberi
Kemudian aku terus memberi, memberi, dan memberi
Rasanya ada kesenangan yang kurasakan
Walau aku harus kehilangan milikku
Sampai akhirnya…
Aku menyadari,
Bahwa selama ini…hanya aku yang terus memberi
Orang lain seolah lupa
Kewajibannya untuk memberi juga setelah menerima
Dan aku sedikit kecewa
Sedikit protes didalam hati
“Mengapa selalu harus aku yang selalu memberi?”
“Mengapa harus aku yang selalu memulai duluan?”
“Mengapa mereka tidak pernah sadar untuk membalas hal-hal baik yang telah kuberi”
Dan mungkin sebenarnya selain rasa nikmat yang kurasakan…
Ada rasa pamrih bersembunyi dibaliknya
Kemudian,
Aku perlahan-perlahan menguranginya
Mencoba menahan diri
Untuk tidak memberi duluan
Berusaha kembali ke sikap awal
Yaitu menerima
Lalu terus-terusan aku menerima
Menerima perhatian duluan,
Menerima sapaan duluan,
Menerima senyum duluan,
Pokoknya aku selalu di posisi itu
Posisi menerima
Tapi,
Aku juga paham
Menerima terus tanpa memberi itu “pelit”
Menerima terus tanpa memberi itu “egois”
Menerima terus tanpa memberi, bisa membuat orang kecewa
Itulah sebabnya—
Aku mencoba untuk memberi kembali
Walau bukan aku yang duluan
Setidaknya aku tidak ingin…
Mereka merasakan kekecewaan yang sama denganku dulu
Dan akhirnya
Entah atas dasar rasa pamrih atau tidak
Aku belajar,
Bahwa memang benar
Memberi dan menerima itu harus seimbang
Agar tidak ada yang kecewa
Agar tidak ada yang terus menerus selalu menjadi pihak yang berkorban
Dan agar pula kebahagiaan itu merata
Dan timbul sebuah kerendahan hati
Dari pelajaran “Memberi dan Menerima”