Kepingan Biskuit

Just the darkest mind of biscuit

Iri Part 2

May17

Aku tidak akan menghakimi
orang-orang yang bersikap iri pada orang lain
Bagiku mereka bersikap seperti itu
Karena mereka belum mampu memahami
Mengapa mereka iri

Sebelum kau mengiri
Biar aku ajari dulu apa itu luka
Agar kau tahu,
Apakah masih pantas dirimu untuk iri

Sebelumnya katakan padaku,
Orang seperti apa yang selalu kau irikan
Orang yang cantik kah?
Yang selalu terlihat bahagia kah?
Atau orang-orang yang sangat amat pintar

Jika memang benar demikian,
Tepatlah kau mengiri
Tapi tunggu, aku akan beri penjelasan sedikit
.
.
.

Cantik.
Semua hanya tau bahwa dia cantik
Hidupnya akan selalu senang karna dia cantik
Dipuji, diperlakukan dengan baik, terkenal, dan semua orang mengagumi
Tapi, dibalik itu semua
Ada beberapa hal yang sebenarnya dia sembunyikan

Bahwasannya dia sering diganggu karena dia cantik
Bahwasannya banyak yang mau bergaul dengannya
karena ingin memanfaatkan kecantikannya untuk pansos
Dan bahwasannya beberapa menganggap mereka rendah karena mereka modal cantik saja

Kau tak akan tahu tentang hal itu,
Kau pikir segala tentang mereka terasa mudah
Dan kau pikir mereka hanyalah penikmat kebahagiaan
Dibalik semua make up yang mereka kenakan
Kau tidak tahu perjuangan mereka
Agar dapat diakui
Agar dapat diterima–
Dengan sebaik-baiknya

Lalu,
Kau beralih
Dan mengiri pada orang
Yang hidupnya selalu terlihat menyenangkan
Yang kelihatannya selalu memiliki segalanya
Yang sepertinya tak pernah punya beban
Selalu bahagia,
Selalu tertawa,
Selalu ceria,
Dan siap sedia berbagi kebahagiaan
Kepada orang-orang disekitarnya

Tetapi,
Yang kau lihat lagi-lagi hanyalah bagian luar
Yang tampaknya memukau,
Seolah tanpa cela
Seolah-olah kebahagiaan mereka,
Bisa meruntuhkan kebahagiaan dirimu
Seolah-olah kau tak akan pernah bisa menjadi “mereka”
Seolah-olah mereka tokoh utama yang hidupnya lancar
Dan kau hanya villain yang selalu akan menderita

Dan lagi-lagi kau melewatkannya
Melewatkan untuk melihat lebih jauh
Gambaran utuh yang selalu bersembunyi
Dibalik kata “sempurna”

Kau tahu,
Adakalanya mereka menangis
Hanya saja mereka melakukannya diam-diam
Adakalanya mereka lelah
Untuk selalu bersikap baik-baik saja
Dan adakala saat mereka sebenarnya tak ingin dipandang seperti pahlawan yang tak punya kekurangan
Karena mereka lelah.
Lelah disalapahami
Dalam sebuah label yang sudah terlanjur melekat
Hingga mereka sulit untuk mengatakan
Bahwa sebenarnya mereka juga butuh pertolongan

Terakhir,
Biarlah ini menjadi segmen iri terakhir
Agar tidak terlalu banyak aku bercakap

Smart people.
Orang-orang pintar yang selalu diagung-agungkan
Yang selalu membuat minder setiap orang yang mengenal mereka
Dan banyak pula yang iri akan kecerdasan mereka

Tapi tahukah kamu
Mereka yang memiliki lebih,
Lebih banyak untuk dituntut
Artinya tidak berarti semua orang pintar itu,
Hidupnya mudah
Jalannya lurus tanpa banyak rintangan
Justru merekalah yang sebenarnya
Banyak menanggung beban
Dari mulai cibiran, ekspektasi, sampai kepada tuntutan

Tidak mudah menjadi mereka
Kadang mereka lelah di eksploitasi
Oleh orang-orang yang tidak pernah utuh dalam memahami mereka
Bahwa mereka hanyalah orang biasa
Yang punya perasaan dan keinginan sendiri
.
.
.
Aku hanya ingin berkata,
Kau hanya tahu sedikit.
Kau tak tahu seberapa banyak luka yang mereka tanggung
Tapi…
kau menginginkan kehidupan mereka paling banyak
Itulah mengapa sebabnya kau iri
Dan berharap kau berada diposisi mereka
Menikmati kemudahan
Tanpa mau mengetahui kesulitan dibaliknya.

posted under Puisi

Email will not be published

Website example

Your Comment: