Iri (part 1)
Katanya iri itu jelek
Iri itu dosa
Iri itu kejahatan
Dan iri itu pantang ‘tuk dilakukan
Tapi…
Bolehkah sedikit saja
Aku ingin mengiri sebentar
Paling tidak sampai tulisan ini habis
Setelah itu, aku tidak akan melakukannya lagi
.
.
.
Aku iri
Iri pada orang-orang disekelilingku
Aku iri pada mereka
Karna mereka tampak jauh
lebih luar biasa dariku
Aku iri pada mereka
Karena mereka memiliki perhatian yang luar biasa
Dan tak ragu menunjukannya
Dan aku juga iri pada mereka
Karena mereka berhasil menyentuh
Hati jutaan orang
Aku juga iri pada mereka
Yang tidak segan untuk menunjukkan siapa mereka
Tidak segan untuk berkata benar
Tegas dan berterus terang
Ketika yang lain menahan lidahnya
Dengan dalih ketidakenakkan hati
Aku iri pada mereka
Yang bisa hidup seenaknya saja
Tanpa memikirkan perasaan orang lain
Sementara aku disini–
Mati-matian menjaga perasaan orang lain
Aku iri pada mereka
Yang tampaknya bisa menarik perhatian semua orang
Yang menjadikan dirinya pusat perhatian
Yang selalu ceria– setiap saat
Seolah-olah tak pernah mengenal kesedihan
Aku juga iri pada mereka
Mereka yang sanggup berkata jujur
pada diri mereka sendiri
Mereka yang tidak ragu
Mengejar apa yang mereka mau
Dan tidak hanya duduk menunggu–
Persetujuan orang-orang akan mimpi mereka
Aku iri pada mereka
Yang sanggup mencintai diri mereka apa adanya
Yang tidak memedulikan omongan orang
Atau membenci luka mereka sendiri
Karna mereka tahu
yang terpenting bukanlah membenci
Tetapi bagaimana menerima dan mengikhlaskannya
Sekarang,
Aku akan berhenti iri
Tulisanku sudah mencapai akhir
Aku tahu iri itu tidak akan memberiku kepuasan
Malahan membuatku selalu merasa kurang
Karena didalam iri,
Aku hanya melihat– apa yang aku mau
Bukan apa yang sebenarnya
Mereka rasakan sesungguhnya