Kepingan Biskuit

Just the darkest mind of biscuit

Iri (part 1)

April18

Katanya iri itu jelek

Iri itu dosa

Iri itu kejahatan

Dan iri itu pantang ‘tuk dilakukan

 

Tapi…

Bolehkah sedikit saja

Aku ingin mengiri sebentar

Paling tidak sampai tulisan ini habis

Setelah itu, aku tidak akan melakukannya lagi

.

.

.

Aku iri

Iri pada orang-orang disekelilingku

Aku iri pada mereka

Karna mereka tampak jauh

lebih luar biasa dariku

 

Aku iri pada mereka

Karena mereka memiliki perhatian yang luar biasa

Dan tak ragu menunjukannya

Dan aku juga iri pada mereka

Karena mereka berhasil menyentuh

Hati jutaan orang

 

Aku juga iri pada mereka

Yang tidak segan untuk menunjukkan siapa mereka

Tidak segan untuk berkata benar

Tegas dan berterus terang

Ketika yang lain menahan lidahnya

Dengan dalih ketidakenakkan hati

 

Aku iri pada mereka

Yang bisa hidup seenaknya saja

Tanpa memikirkan perasaan orang lain

Sementara aku disini–

Mati-matian menjaga perasaan orang lain

 

Aku iri pada mereka

Yang tampaknya bisa menarik perhatian semua orang

Yang menjadikan dirinya pusat perhatian

Yang selalu ceria– setiap saat

Seolah-olah tak pernah mengenal kesedihan

 

Aku juga iri pada mereka

Mereka yang sanggup berkata jujur

pada diri mereka sendiri

Mereka yang tidak ragu

Mengejar apa yang mereka mau

Dan tidak hanya duduk menunggu–

Persetujuan orang-orang akan mimpi mereka

 

Aku iri pada mereka

Yang sanggup mencintai diri mereka apa adanya

Yang tidak memedulikan omongan orang

Atau membenci luka mereka sendiri

Karna mereka tahu

yang terpenting bukanlah membenci

Tetapi bagaimana menerima dan mengikhlaskannya

 

Sekarang,

Aku akan berhenti iri

Tulisanku sudah mencapai akhir

Aku tahu iri itu tidak akan memberiku kepuasan

Malahan membuatku selalu merasa kurang

Karena didalam iri,

Aku hanya melihat– apa yang aku mau

Bukan apa yang sebenarnya

Mereka rasakan sesungguhnya

posted under Puisi

Email will not be published

Website example

Your Comment: